Editorial : Guru dan Pekerjaan Sampingan, Potret Kerasnya Realita

Uncategorized348 Dilihat

SUARAGURU.ID – Guru sering disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, di balik gelar mulia itu, banyak guru yang diam-diam harus memutar otak mencari tambahan penghasilan. Ironisnya, profesi yang seharusnya dimuliakan negara ini justru kerap membuat para pengemban ilmu terpaksa mencari nafkah lain demi menutup kebutuhan hidup.

Fakta di lapangan menunjukkan, gaji guru honorer masih jauh dari kata layak, sementara tunjangan sertifikasi guru PNS pun sering terhambat pencairannya. Akibatnya, tidak sedikit guru yang harus menjadi penjual pulsa, membuka warung kecil, hingga ojek online. Sebuah realitas yang menggugah nurani: pantaskah seorang pendidik bangsa masih harus berjuang begitu keras untuk sekadar mencukupi dapur rumahnya?

Namun, di tengah keterbatasan itu, guru tetaplah manusia kreatif. Ada beberapa pekerjaan sampingan yang justru bisa berjalan beriringan dengan profesi mendidik. Les privat misalnya, menjadi pilihan paling relevan—bukan hanya menambah penghasilan, tetapi juga memperkuat kompetensi pedagogik. Menulis modul, buku, atau bahkan konten edukasi digital di YouTube dan TikTok pun kini membuka jalan baru bagi guru untuk berbagi ilmu sekaligus meraih pendapatan.

Sebagian guru juga memilih membuka usaha kecil berbasis rumah tangga, menjual makanan ringan, atau produk UMKM. Ada pula yang memanfaatkan kemampuan menulis untuk menjadi penulis lepas dan editor. Semua pilihan itu sah-sah saja, selama tidak menggerus fokus utama: mendidik generasi penerus bangsa.

Tetapi mari kita jujur: di negara yang benar-benar menghargai guru, pekerjaan sampingan semestinya menjadi pilihan, bukan kebutuhan mendesak. Ketika gaji DPR bisa menyentuh jutaan rupiah per hari, sementara guru harus mengajar pagi hingga sore lalu malamnya masih memberikan les untuk bertahan hidup, bukankah ada ironi yang telanjang di depan mata?

Mengajar adalah profesi, bukan pekerjaan sambilan. Maka, memberikan kesejahteraan yang layak kepada guru sejatinya bukan hadiah, melainkan kewajiban negara. Selama hal itu belum terwujud, pekerjaan sampingan akan tetap menjadi nafas tambahan bagi para pendidik.

Dan satu hal yang tidak boleh dilupakan: meski negara lalai, para guru tidak pernah berhenti menjalankan tugasnya mencerdaskan bangsa dengan penuh cinta. (Uk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *